Catatan: Saya menemukan artikel ini di situs The New Republic dengan judul The Reluctant Memoirist. Artikel ini ditulis jurnalis Amerika berdarah Korea Selatan, Suki Kim, yang melakukan jurnalisme investigasi di Korea Utara, kemudian menulis buku berjudul Without You, There Is No Us: My Time with the Sons of North Korea's Elite. Akan tetapi, kisahnya tidak berjalan mulus justru ketika dia berurusan dengan penerbitnya di Amerika. Dia harus berhadapan dengan keadaan tak mengenakkan akibat statusnya sebagai jurnalis wanita kulit berwarna. Menurut saya sangat menarik, jadi saya putuskan untuk menerjemahkannya di sini. Tautan ke artikel asli saya sertakan di akhir.
Artikel oleh Suki Kim.
Ilustrasi oleh Dadu Shin.
*****
Saat itu bulan Desember di Miami. Aku sedang menjadi panelis di sebuah pameran buku internasional, sambil merenungkan deretan peristiwa yang telah membuatku terdampar di tempat asing ini.
Aku memikirkan ketiga penulis yang duduk di sampingku; tiga wanita yang menulis memoa…
Artikel oleh Suki Kim.
Ilustrasi oleh Dadu Shin.
*****
Saat itu bulan Desember di Miami. Aku sedang menjadi panelis di sebuah pameran buku internasional, sambil merenungkan deretan peristiwa yang telah membuatku terdampar di tempat asing ini.
Aku memikirkan ketiga penulis yang duduk di sampingku; tiga wanita yang menulis memoa…